Pengertian &
Jenis Paragraph
Pengertian Paragraf
Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan.
Dalam sebuah paragraf terkandung satu unit
buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai
dari kalimat pengenal, kalimat topik, kalimat-kalimat penjelas, sampai pada
kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling bertalian dalam satu rangkaian
untuk membentuk sebuah gagasan. Paragraf dapat juga dikatakan sebagai sebuah
karangan yang paling pendek (singkat). Dengan adanya paragraf, kita dapat
membedakan di mana suatu gagasan mulai dan berakhir. Kita akan kepayahan
membaca tulisan atau buku, kalau tidak ada paragraf, karena kita seolah-olah
dicambuk untuk membaca terus menerus sampai selesai. Kitapun susah memusatkan
pikiran pada satu gagasan ke gagasan lain. Dengan adanya paragraf kita dapat
berhenti sebentar sehingga kita dapat memusatkan pikiran tentang gagasan yang
terkandung dalam paragraf itu.
Jenis Paragraf
Beberapa penulis seperti Sabarti Akhadiah,
Gorys Keraf, Soedjito, dan lain-lain membagi paragraf menjadi tiga jenis.
Kriteria yang mereka gunakan adalah sifat dan tujuan paragraf tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, jenis paragraf dibedakan
sebagai berikut.
1.Jenis Paragraf Berdasarkan Sifat dan Tujuannya
Keraf (1980:63-66) memberikan penjelasan
tentang jenis paragraf berdasarkan sifat dan
tujuannya sebagai berikut.
(a) Paragraf Pembuka
Tiap jenis karangan akan mempunyai paragraf
yang membuka atau menghantar karangan itu, atau menghantar pokok pikiran dalam
bagian karangan itu. Oleh Sebab itu sifat dari paragraf semacam itu harus
menarik minat dan perhatian pembaca, serta sanggup menyiapkan pikiran pembaca
kepada apa yag sedang diuraikan. Paragraf yang pendek jauh lebih baik, karena
paragraf-paragraf yang panjang hanya akan meimbulkan
kebosanan pembaca.
(b) Paragraf Penghubung
Paragraf penghubung adalah semua paragraf
yang terdapat di antara paragraf pembuka dan paragraf
penutup.
Inti persoalan yang akan dikemukakan
penulisan terdapat dalam paragraf-paragraf ini. Oleh Sebab itu dalam membentuk
paragraf-paragraf penghubung harus diperhatikan agar hubungan antara satu
paragraf dengan paragraf yang lainnya itu teratur dan
disusun secara logis.
Sifat paragraf-paragraf penghubung
bergantung pola dari jenis karangannya. Dalam karangan-karangan yang bersifat
deskriptif, naratif, eksposisis, paragraf-paragraf itu harus disusun
berdasarkan suatu perkembangan yang logis. Bila uraian itu mengandung
pertentangan pendapat, maka beberapa paragraf disiapkan sebagai dasar atau
landasan untuk kemudian melangkah kepada paragraf-paragraf
yang menekankan pendapat pengarang.
(c) Paragraf Penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang
dimaksudkan untuk mengakhiri karangan atau bagian karangan. Dengan kata lain,
paragraf ini mengandung kesimpulan pendapat dari apa yang telah diuraikan dalam
paragraf-paragraf penghubung.
Apapun yang menjadi topik atau tema dari
sebuah karangan haruslah tetap diperhatikan agar paragraf penutup tidak terlalu
panjang, tetapi juga tidak berarti terlalu pendek. Hal yang paling esensial
adalah bahwa paragraf itu harus merupakan suatu
kesimpulan yang bulat atau betul-betul mengakhiri uraian itu serta dapat
menimbulkan banyak kesan kepada pembacanya.
2.Jenis Paragraf Berdasarkan Letak Kalimat Utama
Letak kalimat utama juga turut menentukan
jenis paragraf. Penjenisan paragraf berdasarkan letak kalimat utama ini
berpijak pada pendapat Sirai, dan kawan-kawan(1985:70-71) yang mengemukakan
empat cara meletakkan kalimat utama dalam paragraf.
(a)
Paragraf Deduktif
Paragraf dimulai dengan mengemukakan
persoalan pokok atau kalimat utama. Kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat
penjelas yang berfungsi menjelaskan kalimat utama. Paragraf
ini biasanya dikembangkan dengan metode berpikir deduktif, dari yang umum ke
yang khusus.
Dengan cara menempatkan gagasan pokok pada
awal paragraf, ini akan memungkinkan gagasan pokok tersebut mendapatkan
penekanan yang wajar. Paragraf semacam ini biasa disebut dengan paragraf
deduktif, yaitu kalimat utama terletak di awal paragraf.
(b) Paragraf Induktif
Paragraf ini dimulai dengan mengemukakan
penjelasan-enjelasan atau perincian-perincian, kemudian ditutup dengan kalimat
utama. Paragraf ini dikembangkan dengan metode
berpikir induktif, dari hal-hal yang khusus ke hal yang umum.
c)
Paragraf Gabungan atau Campuran
Pada paragraf ini kalimat topik ditempatkan
pada bagian awal dan akhir paragraf. Dalam hal ini kalimat terakhir berisi
pengulangan dan penegasan kalimat pertama. Pengulangan ini dimaksudkan untuk
lebih mempertegas ide pokok. Jadi pada dasarnya paragraf campuran ini tetap
memiliki satu pikiran utama, bukan dua. Contoh paragraf
campuran seperti dikemukakan oleh Keraf (1989:73):
Sifat kodrati bahasa yang lain yang perlu
dicatat di sini ialah bahwasanya tiap bahasa mempunyai sistem. Ungkapan yang
khusus pula, masing-masing lepas terpisah dan tidak bergantung dari yang lain.
Sistem ungkapan tiap bahasa dan sistem makna tiap bahasa dibatasi oleh kerangka
alam pikiran bangsa yang memiliki bahasa itu kerangka pikiran yang saya sebut
di atas. Oleh karena itu janganlah kecewa apabila bahasa Indonesia tidak
membedakan jamak dan tunggal, tidak mengenal kata dalam sistem kata kerjanya,
gugus fonem juga tertentu polanya, dan sebagainya. Bahasa Inggris tidak
mengenal “unggah-ungguh”. Bahasa Zulu tidak mempunyai kata yang berarti
“lembu”, tetapi ada kata yang berarti “lembu putih”, “lembu merah”, dan
sebagainya. Secara teknis para linguis mengatakan bahwa tiap bahasa mempunyai
sistem fonologi, sistem gramatikal, serta pola semantik yang khusus.
(d) Paragraf Tanpa Kalimat Utama
Paragraf ini tidak mempunyai kalimat utama,
berarti pikiran utama tersebar di seluruh kalimat yang membangun paragraf
tersebut. Bentuk ini biasa digunakan dalam karangan berbentuk narasi atau
deskripsi. Contoh paragraf tanpa kalimat utama:
Enam puluh tahun yang lalu, pagi-pagi
tanggal 30 Juni 1908, suatu benda cerah tidak dikenal melayang menyusur
lengkungan langit sambil meninggalkan jejak kehitam-hitaman dengan disaksikan
oleh paling sedikit seribu orang di pelbagai dusun Siberi Tengah. Jam
menunjukkan pukul 7 waktu setempat. Penduduk desa Vanovara melihat benda itu
menjadi bola api membentuk cendawan membubung tinggi ke angkasa, disusul
ledakan dahsyat yang menggelegar bagaikan guntur
dan terdengar sampai lebih dari 1000 km jauhnya. (Intisari, Feb.1996 dalam
Keraf, 1980:74)
Sukar sekali untuk mencari sebuah kalimat
topik dalam paragraf di atas, karena seluruh paragraf bersifat deskriptif atau
naratif. Tidak ada kalimat yang lebih penting dari yang lain. Semuanya sama
penting, dan bersama-sama membentuk kesatuan dari paragraf
tersebut.
Ada
empat jenis paragraf yang dibahas,
yaitu paragraf deduktif,
induktif,
campuran, dan naratif. Perhatikan contoh berikut ini!
A. Deduktif
- Kalimat utama
berada di awal paragraf.
- Menyatakan dari hal
yang umum (luas) ke hal yang khusus.
Contoh
:
B. Induktif
- Kalimat utama
berada di akhir paragraf.
- Menyatakan dari hal
yang khusus ke hal yang umum (luas).
Contoh
:
Guru
menguasai materi dengan baik. Siswa terkelola dalam suasana pembelajaran yang
kondusif. Proses pembelajaran aktif dan partisipatif. Evaluasi dilaksanakan
sebagai pengukuran tingkat penyerapan siswa. Hal-hal di atas merupakan indikasi
menuju keberhasilan pembelajaran di kelas.
C. Campuran
- Kalimat utama
berada di awal dan ditegaskan kembali pada akhir paragraf.
- Menyatakan dari hal
yang umum (luas) ke hal yang khusus dan ditegaskan kembali pada hal yang
umum (luas).
Contoh
:
Bahasa
sangat penting dalam kehidupan kita. Untuk berkomunikasi kitamenggunakan
bahasa. Untuk bekerja sama kita menggunakan bahasa. Untuk mewarisi dan
mewariskan kebudayaan, kita memerlukan bahasa. Sekali lagi, betapa pentingnya
bahasa bagi kehidupan kita.
D. Naratif
- Semua kalimat dalam
paragraf itu terintegrasi secara baik; menggambarkan pikiran yang terdapat
dalam paragraf itu.
- Semua kalimat
merupakan satu kesatuan isi. Satu kalimat pun tidak boleh sumbang.
Contoh
:
Seseorang
sedang menyapu sambil menembang. Pak
Mo mengumpulkan daun-daun kering
di sudut halaman. Esok hari pekerjaan yang sama menghadang di tempat yang sama.
Daun-daun jatuh dan Pak Mo menyapunya lagi. Begitulah rupanya
hakikat dari hidup, selalu menuntut dibersih-bersihkan karena sampah dapat
datang setiap saat, setiap desah nafas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar