Perkembangan
Karawitan Bali
Dalam
periode tahun 1970 sampai dengan 1990an, seni karawitan Bali mengalami kemajuan
yang cukup menggembirakan. Kemajuan seni karawitan Bali
pada waktu itu memperlihatkan dua sisi yang menarik dan sangat menentukan masa
depan dari seni karawitan di daerah ini.
Di
satu sisi telah terjadi penyebaran gamelan keseluruh Bali ,
bahkan keluar daerah serta keluar negeri. Kondisi ini diikuti oleh munculnya
komposisi-komposisi karawitan baru yang semakin rumit dengan teknik permainan
yang semakin kompleks.
Di
sisi lain terlihat terjadinya perubahan ekspresi musikal dan pembaruan
gaya-gaya musik lokal. Di Bali dewasa ini hampir setiap desa telah memiliki
gamelan. Banyak desa bahkan memiliki 2 - 3 barungan gamelan. Namun demikian
tidak dapat dipungkiri lagi bahwa jenis gamelan yang paling baik
perkembangannya adalah Gong Kebyar.
Kiranya hal ini disebabkan oleh keberadaan daripada barungan gamelan ini yang
serba guna dan yang paling sesuai dengan selera masyarakat banyak terutama
kalangan generasi muda.
Di
tingkat Internasional, gamelan Bali (Gong Kebyar,
Semar
Pagulingan dan Gender Wayang)
sudah tersebar ke Eropa, Jerman, Australia, Jepang, Canada, India dan mungkin
yang terbanyak ke Amerika Serikat. Walaupun kebanyakan dari barungan gamelan Bali ini ditempatkan di perwakilan RI, ataupun
universitas-universitas, semakin banyak group-group swasta dan perorangan yang
memiliki gamelan sendiri. Group
Sekar Jaya El Ceritto, California, Giri Mekar di Woodstock, New
York (keduanya di Amerika Serikat), dan group Sekar Jepun di Tokyo
Jepang adalah beberapa group kesenian asing yang hingga kini masih aktif.
Menjadi semakin kompleksnya komposisi gamelan Bali
yang diwarnai dengan melodi serta teknik cecadetan yang semakin rumit.
Belakangan
ini muncul komposisi-komposisi musik baru yang menampilkan melodi yang lincah
dan mempergunakan banyak nada. Hal ini sangat berbeda dengan gending-gending
dari masa lampau yang melodi-melodinya sangat sederhana, mempergunakan beberapa
nada saja dan berisikan banyak pengulangan. Pola-pola cecadetan yang muncul
belakangan ini sudah banyak memakai pola ritme/ hitungan tidak ajeg seperti
tiga, lima atau
tujuh.
Dalam
komposisi lama, dalam gender wayang sekalipun pola ritme/ hitungan ajeg
sangat dominan. Perubahan ini juga diikuti oleh masuknya jenis pukulan rampak
dan keras, yang datangnya secara tiba- tiba seperti yang terjadi pada Gong
Kebyar. Tambah lagi ekspresi musikal hampir semua gamelan Bali
menjadi "ngebyar" (meniru Gong Kebyar). Nampaknya perubahan
ini besar kaitannya dengan adanya pengaruh gamelan Gong Kebyar.
Kecenderungan
yang lain adalah pengembangan barungan dengan cara menambah beberapa instrumen
baru. Gejala ini yang terlihat dalam pengembangan gamelan Geguntangan,
munculnya Adi
Merdangga dan gamelan pengiring sendratari. Hal ini kiranya berkaitan
dengan munculnya stage-stage pementasan besar dengan penonton yang berada jauh
dari arena pentas (tempat menari). Agar musik dapat didengar oleh penonton yang
berada di kejauhan ini, maka penambahan instrumen menjadi perlu selain
menggunakan sistem amplifikasi. Misalnya saja pada tahun 1970, gamelan Geguntangan
adalah suatu barungan kecil yang menimbulkan suara lembut merdu. Kini Geguntangan
sudah dilengkapi dengan beberapa buah kulkul, dengan beberapa instrumen bilah
seperti cuing dan lain-lain. Ada
kecenderungan bahwa perkembangan seni Karawitan Bali lebih didominir oleh gaya Bali Selatan.
Seni
Karawitan sebagaimana halnya kesenian Bali lainnya, juga meliputi dua gaya daerah : Bali utara
dan Bali Selatan. Perbedaan antara kedua gaya
ini tampak jelas dalam tempo, dinamika dan ornamentasi dari pada tabuh- tabuh
dari masing-masing gaya .
Secara
umum dapat dikatakan bahwa untuk tempo tabuh-tabuh Bali Utara cenderung lebih
cepat dari yang di Bali Selatan. Hal ini juga menyangkut masalah dinamika di
mana tanjakan dan penurunan tempo musik Bali Utara lebih tajam daripada Bali
Selatan. Namun demikian, ornamentasi tabuh-tabuh Bali Utara cenderung lebih
rumit daripada Bali Selatan. Akhir-akhir ini tabuh-tabuh gaya Bali Utara terasa semakin jarang
kedengarannya, sebaliknya tabuh-tabuh Bali Selatan semakin keras gemanya. Semua
yang sudah diuraikan di atas mengisyaratkan kemajuan karawitan Bali baik secara kuantitas maupun kwalitas. Ada
kecendrungan bahwa di masa yang akan datang seni karawitan Bali, khususnya
instrumental yang didominir oleh gamelan Gong Kebyar dan ekspresi "ngebyar"
akan masuk ke jenis-jenis gamelan non-Kebyar. Sementara karawitan gaya Bali Utara dan
Selatan akan berbaur menjadi satu (mengingat pemusik kedua daerah budaya ini
sudah semakin luluh), gamelan klasik seperti Semar Pagulingan nampaknya
akan bangkit kembali.
Di masa yang akan
datang, bentuk-bentuk seni karawitan dan barungan gamelan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar