KETIKA
CINTA BERBUAH SURGA
Di Tanah Kurdistan ada seorang raja yang adil dan shaleh. Ia mempunyai
seorang putra yang amat tampan, cerdas dan pemberani. Yang bernama Said.
Saat-saat yang paling menyenangkan bagi raja itu ialah saat mengajari anaknya
itu membaca Al-Qur’an lalu ia menceritakan kisah-kisah para pahlawan serta
panglima di saat medan
perang. Said sangat gembira saat mendengar kisah-kisah tersebut. Said bisa
merasa jengkel saat mendengar cerita dari ayahnya ada seorang pengawal
memberitahu ada tamu penting yang ingin sekali bertemu dengan sang raja. Sang
raja mengetahui apa yang saat ini tengah dirasakan Said. Lalu sang raja memberi
nasihat kepada Said.
Said anakku sudah saatnya kau mencari seorang teman yagn dapat kau ajak
suka maupun duka denganmu. Dan yang dapat membuatmu menjadi seorang yang lebih
baik dan yang dapat kau ajak bercinta untuk surga.
Kemudian Said tersentak mendengar perkataan ayahnya.
Apa maksud ayah dengan teman bercinta untuk surga ? tanya Said
Adalah teman sejati yang dia benar-benar mau berteman denganmu bukan
karena derajat, tapi karena keikhlasan dan kemurnian cinta itu sendiri dan dia
juga mencintamu karena Allah dengan dasar itu pula kau dapat mencintainya, dan
kekuatan cinta kalian yang akan melahirkan kekuatan dahsyat yang membawa
manfaat dan kebaikan itu juga akan bersinar dan membawa kalian masuk surga.
Said bertanya, bagaimana cara mencari teman seperti itu ayah ?
Kau harus menguji orang yang hendak menjadi temanmu untuk makan pagi di
sini jika sudah sampai di sini ulurlah dan perlamalah waktu penyajian makanan,
biarkan mereka semakin lapar, lihatlah apa yang mereka perbuat saat itu
rebuslah tiga buah telur dan berikan
padanya dan apa reaksi mereka?
Itu tadi cara yang paling mudah bagimu syukur bila kau bisa mengetahui
perilaku mereka terlebih dahulu.
Mendengar itu Said merasa sangat senang kemudian dia mempraktekannya pada
anak-anak para pembesar. Sebagian besar diantaranya marah kesal dan keluar
dengan muka yang sangat murung dan ada juga yang melontar kata-kata yang tak
terpuji.
Diantara teman Said ada seorang anak raja yang bernama Adil anak seorang menteri. Said mengira anak itu
baik hati dan setia, dan kemudian dia mengundang Adil untuk pergi ke rumahnya
sarapan. Setelah lama menunggu Said mengeluarkan tiga butir telur rebus dan
kemudian Adil berkata hanya makanan seperti ini tidak dapat mengisi
cacing-cacing yang berada di dalam perutku. Kemudian dia pergi begitu saja
tanpa pamit.
Melihat sikap Adil seperti itu Said
tidak usah meminta maaf karena sifat Adil memang bukan orang yang setia
dan lapang dada.
Kemudia hari berikutnya mengundang anak saudagar kaya raya, kemudian anak
saudagar itu menerima dengan senang hati. Kemudian malam harinya sebelum
bertemu dengan Said anak itu bergegas
untuk tidak makan semalaman agar paginya bisa makan banyak. Ia membayangkan
makanan yang sangat lezat. Karena undangan dari raja pagi-pagi sekali anak
saudagar itu telah berada di rumah Said. Sepertia anak sebelumnya ia harus
menunggu waktu yagn sangat lama sapai makanan keluar. Kemudian beberapa saat
kemudian keluarlah piring yang berisi telur rebus itu Said berkata, ini
makanannya saya mau ke dalam ambil minuman. Lalu ia masuk ke dalam. Tanpa
menghabiskan lama anak saudagar itu menghabiskan seluruh telur yang ada di atas
piring tersebut. Kemudian Said keluar dengan membawa 2 gelas air putih,
ternyata telur itu telah lenyap. Ia kaget.
Mana telurnya ? tanya Said
Telah aku makan.
Semuanya ??
Ya habis aku sangat lapar sih !!!
Melihat itu Said berfikir bahwa anak itu bukanlah tidak baik untuk
dijadikan teman karena ia bukanlah anak yang setia di saat suka maupun duka.
Kemudian Said jengkel karena anak-anak di sekitar istana tidak ada yang baik untuk dijadikan teman. Akhirnya
Said meminta izin kepada ayahnya untuk pergi mencari teman sejati.
Mulailah Said berkelana untuk mencari teman hingga sampai ladang, sawah
sampai ke hutan. Di suatu pagi yang cerah ada seorang anak seorang pencari
kayu. Ia memanggul kayu dengan sabar. Sehingga said mengikutinya dari belakang
sampai anak itu tiba di gubuknya. Rumah dan pakaian anak itu menandakan bahwa
anak itu benar-benar dari keluarga orang miskin. Kemudian anak itu mengambil
air wudlu untuk melaksanakan shalat dhuha. Said memperhatikan ku dengan seksama
di balik rumpun pohon setelah selesai shalat Said mendekati dan menyapa.
Kawan kenalkan nama saya Said kalau boleh tahu nama kamu siapa? Shalat
apa yang baru saja kau lakukan
Namaku Abdullah tadi itu shalat dhuha.
Setelah cukup lama bermain-main dengan Said kemudian Abdullah berkata
kukira kau tak pantas menjadi temanku karena aku hanyalah seorang tukang kayu
yang miskin sedangkan kau seorang anak
bangsawan. Said menyahut tak baik bilang begitu kenapa kau
membeda-bedakan orang yang membedakan seseorang hanya taqka. Apa kau kelihatan
seperti orang jahat? Sehingga kau tak mau berteman dengan ku?
Baiklah kalau begitu kita berteman dengan syarat hak dan kewajiban kita
sama sebagai teman seia sekata. Sampai akhirnya kami bermain bersama-sama
dengan senang hati dan anak tukang kayu itu mengajari saya berenang Said senang
sekali berteman dengan anak cerdas, rendah hati dan lapang dada seperti
Abdullah.
Hari berikutnya anak tukagn kayu itu mengajak untuk bermain di rumah
Abdullah. Said merasa kalah karena ia telah mengajak dia bermain ke rumah
Abdullah untuk menyantap makanan yang serba sederhana sebenarnya Said ingin
menambah makanannya tapi Said merasa malu
dan tak enak hati karena merasa dirinya sedang diuji. Setelah selesai
makan Said diajak Abdullah pergi ke
hutan untuk mengetahui daun dan pepohonan yagn dapat dimakan dan dijadikan
obat.
Said berfikir bahwa ilmu tak hanya bisa di dapat di madrasah saja
ternyata ilmu dapat dicari dimana-mana.
Pada pagi hari Said meminta saudaranya untuk pergi ke rumahnya kemudian
ia memberikan secarik kerta yang berisi tulisan tangannya itu. Pergilah ke
ibukota berikan kertas ini pada pengawal di sana ia akan mengantar ku pergi ke rumahku.
Abdullah menjawab. Insyaallah aku akan datang.
Sampai akhirnya ia pergi ke ibu kota
dan menemukan rumah Said. Ia menunggu sangat lama dan tak sedikitpu berfikir
untuk memikirkan makanan yagn ia fikirkan bahwa semua anak bangsawan tidak
sombong dan suka hura-hura tapi ia menemukan seorang anak saudagar yang baik
dan shaleh.
Setelah itu Said keluar dengan membawa piring dan 3 telur yang ada didalamnya.
Pelan-pelan Abdullah mengambil 1 butir telur dan mengupasnya pelan-pelan dan Said telah memakannya 1 butir telur dan
habis dimakannya.
Saat Said mengambil telur yang kedua dan telah selesai dikupas Said belum
selesai mengupas Said menghabiskan telur yang kedua dan Abdullah pun telah
selesai mengupas telur dan saat akan memakannya dia merasa tidak tega
melihatnya dan dia mengambil sebuah pisau yang ada disampingnya dan memotongnya
menjadi dua dan diberi kepada Said melihat itu Said merasa terharu dan berkata
hanya kaulah orang yagn pantas menjadi teman dan sahabat sejatiku. Sejak saat
itu ia menjadi sepasang sahabat. Berjalan beberapa tahun ayah Said meninggal
kemudian Said menjadi raja dinegerinya dan menjadikan Abdullah sebagai
penasehat raja yang terbaik. Merekapun menjadi seorang sahabat yang baik hingga
tua.
Penerbit
Habiburrahman El
Shirazy
Tahun 2004-2006
Nama : Hesti Nurul A.
Kelas : X.2
Penerbit
: DIVA Press Desember 2008
Pengarang
: Sugeng
Nama : Siti Purwanti
Kelas : X.2
No.abs : 28
SANG PELOPOR
Empat Sekawan
Aku adalah Ali umurku 11 tahun, dan teman-temanku Sultahn, Seno, Wisnu,
dan Sukar, kami adalah anak kampung Sawah. Pulang sekolah itu sangat
menyenangkan aku dan teman-temanku menghabiskan waktu bersama dan bermain
bersama pula seperti memancing, main tembak-tembakan bambu atau mencari kayu.
Selain untuk masak sendiri kayu itu juga kami jual. Itu hal yang sangat
menyenangkan bagi kami tiada hari tanpa bermain dan membantu orang tua. Selain
itu kami juga rajin belajar supaya pintar.
Karena aku tak mau hanya menjadi penjual arem-arem seperti ibuku. Tapi
kami sering membuat ulah di kelas.
Ulah Kami
Di SD Negeri tepatnya kami bersekolah, bagiku bersekolah adalah hal yang
menyebalkan hanya membuat ku ngantuk saja, kalau bukan karena ibuku, mungkin
aku tidak akan berangkat tapi aku harus berangkat karena ingin pintar. Jarang
aku mendapat hukuman yang berat-berat. Pada suatu saat aku betanya pada guruku
yang sedang mengajar bahasa Inggris.
“Pak, kenapa air laut asin? Kenapa
tidak manis?”
“Kenapa saklar kalau ditekan off akan mati dan kalau ditekan on lampu
menyala” itulah pertanyaan nyelenehku, bukan dijawab tapi malah memarahiku dan mengejekku
sebagai anak kampungan.
Dan di lain kesempatan Sulthan pun bertanya pada guru kami
“Pak kenapa negara kita malah impor minyak bumi ke luar negeri? Padahal
negara kita kaya akan minyak bumi ???”
Teman-temanku itupun tidak mendapatkan jawaban yang bersahabat … guruku
malah marah dan menghardiknya.
“Tau apa kamu tentang uang negara?”
Begitulah jawab guru itu, karena kejengkelan atas pertanyaan yang
nyeleneh-nyeleneh itu dan karena Sulthan yang sering membuat ulah itu, akhirnya
guru itu melaporkan ke kepala sekolah. Hingga suatu saat Sulthan dipanggil ke
kantor di keluarkan dari sekolahan itu. Sungguh kejam pikirku dan kami pun
sangat sedih harus kehilangan Sulthan. Akhirnya demi persahabatan kami pun ikut
pindah bersama Sulthan ke sekolah yang mau menerima Sulthan.
Madrasah Kampung Sawah
Sekolahannya tidak begitu besar tapi memanjang di belakangnya terdapat
sawah berkotak-kotak. Nama sebenarnya adalah Madrasah Ibtidaiyah Al-Fikri, kami
menyebutnya Madrasah Kampung Sawah. Di madrasah ini lah kami pindah karena
hanya madrasah ini yang mau menerima sulthan. Bagai mimpi buruk karena sekolah
ini sangat berbeda, di sini bahkan setiap
hari bermain karena belajarnya bukan hanya di kelas saja tapi juga
dilakukan di luar kelas. Ali sangat senang sekali tempat belajarnya seperti di
sungai, sawah, kebun dan lain-lain. Seakan-akan ini sebuah kebebasan yang
menyenangkan tidak seperti di SD Negeri
Pak Hadi seorang kepala sekolah di sini walaupun usianya sudah tua, tapi
dia masih sanggup untuk mengajar. Pak Hadi orang yang sangat arif dab baik
begitu juga dengan guru-guru yang lain.
Sang Pendaki Sejati
Rencananya pagi itu kami ingin melakukan pendakian ke puncak Handoro
dengan modal seadanya dan fisik yang kuat kami pun bertekad mendaki melewati
pematang sawah yang luas dan bebatuan
tidak rata. Setelah beberapa jauh mendaki tiba-tiba Seno pingsan di perjalanan,
memang tak mudah untuk mencapai puncak banyak orang yang menyerah dan
memutuskan untuk turun. Tapi aku tetap optimis aku yakin pasti aku akan sampai
ke puncak. Zuhur pun tiba kami sampai di pertengahan perjalanan kami
beristirahat sebentar untuk sholat Zuhur. Setelah itu kami lanjutkan
perjalanannya. Akhirnya sampai juga kami di puncak sampai di sana kami langsung shalat magrib dan
beristirahat. Lelah kami seakan terbayar
atas keberhasilan kami. Dan setelah isya nanti kami rencananya akan
turun dari puncak.
Memahat Cita-Cita
Dan setelah isya tiba kami bekemas
kemas untuk turun, tapi sebelum meninggalkan tempat ini aku ingin memahat
cita-citaku di atas bebatuan puncak bersama teman-temanku, kami pun mulai
memahatnya, pastinya aku memahat huruf “guru” teman-temanku memang belum tahu
tentang cita-citaku apalagi tias sang matahariku itu, karena bagiku menjadi
guru tidaklah mudah jadi aku tidak memberi tahu keteman-teman ku tentang
cita-cita ku yang sebenarnya. Dan setelah selesai memahat akupun berkata ke
teman-temanku.
“teman-teman aku mengajak kalian memahat cita-cita masing-masing adalah
tujuannya agas besok kalau kita kembali kesini kita akan selalu ingat cita-cita
yang ingin tercapai” dan setelah itu kami turun dari puncak.
Nasib Guru Kami
Rumahnya tidak begitu besar hanya berbentuk kubus kecil dan cukup untuk
berteduh dari hujan dan panas. Madrasah kami juga memiliki sawah yang berada di
dekatnya. Kami sering membantu memanen, tandur, mengarit, dan mengolah sawah.
Meski dengan resiko badan gatal semua tapi kami senang membantunya. Yang
pastinya sambil bermain di sawah itu. Sungguh bahagia. Dan uang dari hasil
memanen itu sangat membantu dana operasional sekolah bahkan sebagian dana PLTL
juga berasal dari situ. Sawah itu telah memberikan segalanya. Aku sungguh
prihatin kepada guru-guru kami. Sudah bertahun-tahun mereka mengajar tapi tak
kunjung juga diangkat sebagai pegawai negeri bahkan ada yang rela tidak dibayar
sepeserpun asalkan bisa mengajar anak didik mereka.
Syarat Kelulusan
Dipagi yang cerah itu sekolah kami
mengadakan pertemuan UAN dengan wali murid dan juga para siswa menunjukkan
karya-karya untuk ditunjukkan kepada wali murid abadi maju dengan penemuannya
tentang penawar keracunan gudang. Selanjutnya Dewi maju dengan membacakan cerpen
karangannya. Tapi ku kira itu bukan cerpen karena membacanya hampir setengah
jam. Dan setelah Rustam tibalah giliranku, aku ragu untuk melangkah maju. Aku
maju dengan penemuanku yaitu “Formula Tabung Kompresor”. Semua kubacakan dengan
tuntas, usai menjelaskan akupun mundur. Dan setelah itu aku diikuti
teman-temanku yang lain untuk menunjukkan karya-karya mereka.
Sang Pendobrak
Dan sekarang giliran Sulthan maju, anak itu kelihatan gugup dan belum
siap. Untuk mempersingkat waktu Tias pun maju duluan dengan menjelaskan nasi
selamatan yang mubazir. Dan setelah selesai menerangkan Tias pun mundur dan
sekarang giliran Sulthan dan tentunya di melakukan eksperimen tentang listrik.
Semua dia ceritakan dengan runtut tanpa ada kata yang ketinggalan. Sulthan
belum selesai bercerita tiba-tiba suasana menjadi gelap dan mendungpun menyatu
di atas madrasah kami. Kami semuapun panik semua masuk ke kelas dan akhirnya
hujan pun turun dengan derasnya. Dan setelah itu “Subhanaallah” ternyata Allah berkehendak lain di balik
hujan dahsyat tadi kamipun keluar dari kelas sang pelangi membentang di atas
kami.
Epilog
Desa Mengahan masihlah seperti
dulu, hanya saja sekarang rumah sudah ada lampu listriknya kamipun tidak
susah-susah lagi untuk belajar dan kampung kami pun menjadi aman dan tentram.
Sekian
Nama : Lina Veda Yanti Hari C.A
No : 16
Kelas : X-2
Tahun
Terbit : Mei 2007
Pengarang :
DIVA Press / Taufiqurrahman Al-Azizy
MAKRIFAT CINTA
Hari-hariku kembali cerah, tetapi hari ini adalah hari yang paling cerah.
Tiba-tiba aku terbayang di pelupuk mataku, wajah ayu Zaenab, Khaura Priscillia.
Oh, seandainya saja cintaku diterima mereka semua betapa indahnya dunia ini.
Kang Ramhat mencaci maki dan dan mengusir Iqbal dan orang-orang pesantren
ingin Iqbal keluar dari pesantren. Karena Iqbal pergi dari pesantren atas restu
kyai, maka dari itu dia diberi amanah, dia minta datang kembali tiga tahun lagi
setelah kepergiaannya menikahi 2 santriwati yang sudah menjadi pilihan kyai di
pesantren tersebut. Setelah dia pergi dia tinggal bersama keluarga seorang
pengemis, disana ia belajar al-qur’an sehingga
akhirnya dia mampu menghafal al-qur’an dengan cepat.
Iqbal bekerja pada seorang pengusaha yang bernama pak Burhan. Karena
Iqbal sangat rajin , Iqbal diangkata anak oleh pak Burhan. Tepat tiga tahun
Iqbal datang ke pesantren untuk menjalankan amanah bersama pak Burhan, Iqbal
diantarkan ke pesantren Tegal Jadin untuk melamar Zaenab, Priscillia, dan
Khaura.
Priscillia adalah seorang kristiani tetapi dia sangat menghargai agama
Islam, dia mempelajari Islam kepada Iqbal. Keluarganya Pricillia tidak
menyetujui kalau Priscillia masuk agama Islam, lalu priscillia diusir dari
rumah oleh keluarganya.
Khaura adalah seorang gadis yang masih lugu, Khaura lulus SMA akan
dinikahkan oleh keluarganya dengan seorang lelaki yang tidak dia kenal. Khaura
menolak dijodohkan dan akhirnya dia pergi dari rumahnya. Kemudian Khaura
mencari Iqbal di pesantren Tegal Jadin Jawa Timur untuk menceritakan semuanya.
Setelah Iqbal sampai di pesantren Iqbal mengalami kegagalan untuk menemui
3 gadis tersebut. Karena Iqbal menemui sahabatnya dahulu Ihsan. Ihsan
menceritakan semuanya di salah satu pesantren ini ada santri yang sedang sakit
parah. Santri itu yang bernama kang Rahmat, dia orang yang pernah mencaci maki
kamu dan telah mengusir kamu. Kang Rahmat sakit parah karena sangat menyesali
perbuatannya. Iqbal sebelumnya telah memaafkan kesalahan Kang Rahmat. Kang
Rahmat meninggal di pangkuan Iqbal, sebelum kang Rahmat meninggal dia memberi
amanah kepada Iqbal untuk menjaga pesantren Tegal Jadin.
Iqbal menyatakan cintanya kepada
Zaenab, Priscilla, dan Khaura. Tiga gadis itu tidak bisa menjawab sekarang,
Iqbal disuruh menunggu. Khaura, Zaenab dan Pricilla memberikan surat kepada Aisyah untuk
diberikan kepada Iqbal.
Aisyah mencari Iqbal, ternyata Iqbal ada di telaga. Aisyah datang ke
telaga untuk mengasihkan surat-surat yang dinantikan Iqbal. Lalu Aisyah
memberikan ketiga surat
yang ditulis masing-masing oleh Zaenab, Khaura, dan Priscilla. Nih ada surat . Surat yang mas tunggu-tunggu. Dari siapa?
Tanya Iqbal.
Lihat saja …
Lalu kulihat surat
itu. Tepatnya surat
itu ditulis oleh ketiga gadis yang aku cintai.
Kubaca isinya satu persatu. Dari surat
Zaenab, Khaura, dan Priscillia. Usai membaca ketiga surat itu, hatiku diamuk gelisah yang luar
biasa. Tak luput kegelisahanku ditangkap Aisyah. Diapun bertanya, kenapa mas
mendesah. Ku jawab kau baca aja surat-surat ini. Aisyah pun segera membaca
surat-surat itu. Setelah selesai dia memandangku. Bagaimana menurutmu? Apakah
cintaku diterima? Tanyaku. Kata Aisyah, miliknya Zaenab dan Khaura menerima
cintanya mas. Tetapi aku bingung dengan surat
mbak Lia. Menurutku ini sih bukan surat
cinta. Ini surat
biasa. Coba perhatikan dengan betul. Bagaimana kamu bisa menyatakan Zaenab dan
Khaura menerima cintaku ?
Lho mas kan
udah baca? Masa gak bisa nyimpulin sendiri?
Aku tahu .. aku tahu tetapi menurutku menerima cintaku masih ada
keraguan, tetapi dibenak mereka masih ada yang mengganjal. Ini berarti mereka
tidak menerima cintaku seratus persen.
Mas maaf kalau aku berkata begini. Aku pernah membaca perkataan Imam Air
yang menyatakan : Cintai kekasihmu
sewajarnya (tidak berlebihan) karena mungkin saja suatu saat dia menjadi
musuhmu dan bencilah musuhmu sewajarnya karena mungkin saja suatu saat dia
menjadi kekasihmu. Menurutku cara Zaenab dan Khaura menerima cinta mas itu
mencerminkan apa yang dikatakan oleh Imam Air tersebut.
Lalu bagaimana dengan Lia ?
Mbak Lia, oh aku sungguh tidak tahu apa maksudnya. Dia tidak menulis satu
katapun tentang cinta tapi malah kebingungan terhadap agama dan tidak pantas atau cocok tinggal
dipesantren ini.
Menurut mas cinta itu adalah anugerah yang diberikan Allah kepada kita.
Terhadap anugerah, kita harus menyukurinya dan melakukan dia sepantasnya. Maka
menurutku tidak pantas seorang muslim bermain-main dengan cinta. Mudah
membenamkan rasa cinta, atau mudah pula memutus cinta, mudah menjalani cinta
atau mudah pula meninggalkan kekasih. Aku telah tertarik kepada mereka, maka
aku akan nikah mereka. Duh Lia apa maksudmu ?
Engkau bukannya menerimaku atau menolakku tapi malah berbicara masalah
lain seperti itu ?
Khaura mau dijodohkan oleh orant tuanya. Zaenab menyetujui mas Iqbal
menikah dengan Priscillia. Bagi Zaenab mas Iqbal menikah dengan siapa saja sama
saja. Apakah Khaura dan Zaenab akan tahu kalau besok aku dan Priscillia akan
menikah ?
Tentu, tentu dia tahu. Iqbal dan Pricillia akan menikah Juma’at tanggal
23 Oktober pukul 10.30. Priscillia dan Iqbal hidup bahagia selamanya.
The End
Tugas Meringkas Novel
MUKJIZAT CINTA
By :
Giskania Srinita
Kelas :X1
No :
11
Ke tanah Samarinda
Hembusan angin pagi yang sejuk menerpa dinding kapal,melintas jendela
besi tak berdaun terus mendarat di wajahku, aku sedang bersandar di dinding
pembatas dek lima
bagian depan. selesai sholat subuh di mushola kapal yang berada di dek kapal
yang paling atas.aku langsung turun ke dek lima dan mengamati laut bebas yang terhampar di depan ku,ketika matahari mulai
terbit dari peraduanyadi ufuk timur,membiaskan cahaya kemerahan menembus di
dalam laut biru,yang kemudian di pantulkan kemega raga,
Di sisi lain rombongan bangau putih membelah awan tuk mencari makan di
tempat yang lebih subur,meeka seakan tau kalau setiap pagi allah memberikan
rezeki kepada hambanya namun banyak hambanya yang enggan bangun lebih pagi
untuk mencri rezeki itu,rezeki itu datang bila di cari tidak mungkin ada
langsung di hadapan kita, ibarat berlian itu tidaklah di peroleh dengan di
taburkan tuhan dari langit melainkan ada di dalam tananh yang berlumpur di
balik batu besar yang keras yang hrus di hancurkan setelah di pukul berkali
kali.
Memang manusia makhluk yang aneh banyak harapan malas berusaha sehingga
allah dan sekaligus mengancam dengan ayatnya “lana syakaratum la azalianakum
walain kaffarun inna adzabilla syadid”(jika kamu bersyukur atas nikmat ku maka
pasti lah aku akan tambahkan,dan jika kamu ingkar azabku sangat pedih)sudah
Lama aku ingin ke tanah Samarinda namun baru tahun ini baru bisa terpenuhi kalau bukan karna kabar sakitnya sahabatku Syamsul
mungkin selamanya aku tidak bisa
menginjak kan kaki ku di tanah kutai.
Syamsul ……dia sudah lama tidak pulang ketanah Bugis aku dan Syamsul bersahabat sejak lama sejak tamat sekolah
dasar dan Masuk pesantren,sebenarnya kami berasal dari daerah yang berbeda
namun karna kehendak tuhan kami dapat dipertemukan dan merasa sangat cocok.
Waktu itu kami masuk pesantren
yang sama di (DDI) Mangakaso Kabupaten Barru Sulawesi Selatan yang tersohor
alumninya pintar-pintar, cakap dan tanggap. Sebelum menjadi murid di sana atau tingkat Tsanawiyah atau Aisyah kami harus mengikuti kelas Pamena dan Ahkirnya
di sana aku
berjumpa dengan Syamsul waktu itu aku di
kelas IA dan Syamsul di kelas A6. itu
berawallah persahabatan kami sampai berlanjut, tingat Tsanawiyah dan
bersama-sama melanjutkan pendidikan ke Fakultas Ushuludin Universitas Al-Azhar
Kairo Mesir.
Syamsul bukan dari keluarga yang
berada dia anak keempat dari delapan bersaudara namun semua saudaranya telah menuntaskan studynya walaupun ayahnya
hanyalah seorang pensiunan guru SD yang tidak begitu besar jumlahnya.
Dan akhirnya setelah dia tamat studynya, dan atas kepercayaan dari
pamannya ia dinikahkan dengan putrinya dan diberi modal untuk membuka usaha
jual beli emas. Setelah maju pesat dan membuka cabang di beberapa daerah di Kalimantan .
Meskipun usahanya maju pesat ia tidak pernah sombong dan sangat di segani
oleh orang banyak.
Setelah aku tiba di tanah Samarinda aku sangat bingung karena di sini aku
tidak mengenal siapapun. Bagaikan orang asing
yang tersesat di negeri orang saat itu aku dipanggil oleh seorang
laki-laki, maaf apakah ini bapak Afdal, ia betul, syukurlah pak saya supir
bapak Syamsul yang disuruh untuk menjemput bapak.
Dalam hatiku alhamdulillah aku tidak perlu untuk bertanya-tanya kepada
orang lain. Ternyata Syamsul sudah menyiapkan ini semua secara matang-matang
sekali.
Setelah itu aku naik mobil dan saat ingin keluar dari tempat parkir
sangat susah karena saat itu parkiran penuh
sesak di kelilingi lautan manusia yang sedang bertransmigrasi , akhirnya
setelah menempuh waktu yang sangat berat akhirnya kami dapat keluar dari
parkiran dermaga.
Dan akhirnya aku sampailah di rumah sahabatku Syamsul. Tiba-tiba datang
dek Fatma, eh bang Syamsul akhirnya mau datang juga ke sini bang, silahkan
masuk bang. Dek Fatma dengan basa basi mempersilahkan aku masuk.
Saat melangkah kakiku ke dalam rumahnya itu, perasaanku takjub
menyelimuti hatiku, aku seperti di dalam mahligai di mana dindingnya dihiasi
ayat-ayat al-Qur’an. Dinding-dinding rumah itu bercat putih bersih tampak
hidup. Tulisan kaligrafi al-Qur’an yang dituangkan di atas kertas papyrus Mesir
tergantung di setiap sudut rumah itu. Bahkan kembang plafon yang melingkari
besi penggantung lampu kristal.
Fatma langsung mengantarkan ku ke kamar yang telah disediakan. Maaf dek
abang tidak membawa oleh-oleh apa-apa soalnya Syamsul menyuruhku cepat ke sini
sambil berusaha menutupi rasa bersalahku.
Tidak apa-apa bang, kedatangan abang Afdal sudah lebih dari segalanya.
Mendengar kata-kata Fatma membuat jantungku berdesir dan bertanya-tanya dalam
hati. Apa yang diinginkan Syamsul padaku sehingga aku yang dipanggilnya dahulu
daripada anak-anak dan saudaranya.
Dek Fatma, saya langsung saja ke rumah sakit ya , aku tiba-tiba ingin
cepat-cepat bertemu sahabatku Syamsul. Aku sangat merindukannya.
Iya deh, terserah bang Afdal saja. Nanti saya minta Adi untuk mengantar.
Saya sebentar menyusul, saya masuk dulu. Kata Fatma setuju setelah membersihkan
badan dan ganti baju dan pamit. Aku
berangkat ke rumah sakit tanpa membawa apa-apa
kecuali hatiku yang dipenuhi kasing sayang dan kerinduan yang sangat
dalam.
Setelah menempuh perjalanan yang begitu jauh aku akhirnya sampai juga di
rumah sakit A. Wahab Syahrani tempat Syamsul di rawat. Rumah sakit ini begitu
mewah dan menakjubkan hatiku.
Namun seindah dan sebagus apapun sebuah rumah sakit tidak ada seorangpun yang
mau di rawat di sini. Ungkapku tiba-tiba muncul begitu saja.
Aku bagaikan pemburu yang sedang mencari mangsa, aku langsung bergegas
masuk ke dalam kamar Syamsul.
Tampaklah oleh seorang yang aku kenal sedang berbaring di atas ranjang.
Aku lalu duduk di sampingnya dan memandangnya dengan puas untuk mengobati rasa
rinduku padanya.
Tiba-tiba dia menggerakkan tangannya dengan yang mata yang masih tertutu
sepertinya ia sedang mencari-cari sesuatu. Aku yang mengetahui hal itu langsung
mengambilkan tasbihnya.
Rupanya reaksi itu memancingnya untuk membuka mata. A … a … Afdal ???
hanya itu yang terucap dari bibirnya seolah tidak menyangka aku berada di sini
perasaannya bercampur kaget, gembira dan tak percaya bercampur menjadi satu.
Air matanya mengalir, sementara itu mulutnya terucap lafal-lafal suci
Allah lalu kami berpelukan untuk melepaskan rindu kami.
Doa Dalam Cinta
Selama ini ternyata Syamsul tidak pernah mencintai dek Fatma ia hanya
terpaksa karena didesak oleh pamannya.
Sikap Syamsul terhadap dek Fatma sangat dingin, egois dan selalu mencari
kesalahan dek Fatma. Karena menurut dia Fatma tidaklah sempurna seperti yang
dia inginkan.
Setelah Syamsul sering sakit-sakitan dek Fatma yang merawatnya dengan
penuh keikhlasan, tidak ada rasa dendam maupun benci di wajahnya. Akhirnya
Syamsul sadar semua itu, akhirnya ia bisa mencinta dek Fatma dengan segala
kekurangannya. Dan akhirnya mereka bisa hidup bahagia selamanya dan mereka
mendapatkan “Mukjizat Cinta”
Selesai
Penulis,
Muhammad Masykur A. R
Tahun 2008
TITIAN NABI
PESONA CINTA SUCI DARI TIGA NEGERI INDONESIA MESIR
DAN TANAH SUCI MEKAH
Usianya baru mengimjak usia 15 ketika seorang laki laki mengetuk pintu
hatinya, lelaki itu telah mengembalikan rasa percaya diri nya dengn untaian
kata yang menyejukan dan berhasil
menyentuh hatinya.laki laki itu bernama Fauzan Attarbiasa di panggil Attar.
Lelaki itulah yang membimbing tanganya
melangkah memasuki taman cinta kasih yang di penuhi dengan aneka ragam tanamanberaroma
harapn Zahra demikian orang memanggilnya. Seperti lazimnya para wanita,Zahra
juga senang mengenang masa kecilnya yang bergelimang keindahan dan derai
tawa.masih jelas terdengar panggilan nafisah ibunya dalam memorinya para
tetangga sering memanggilmya Zahra sebenarnya dia lebih suka di panggil Jamilah
nallawang ayah nya memberi nama Zahratul Jamilah yang berarti bunga cantik zaratul
Jamilah bukan lagi berarti bunga yang cantik tapi ia berubah menjadi bunga yang
layu dengan tangkai mengering setiap
melewati taman kota yang di penuhi aneka ragam bunga ia seperti melihat anak
kecil yang berwajah setan. dirinya tak tau alasan penderitaan ini. Ia tiba tiba
merasa makhluk yang paling malang yang ada dalam
dunia ini.kesendirian ketika malam seakan bersekutu dengan nestapa dan siap
menjatuhkanya ke dalam jurang yang dalam
demikianlah derita hidup yang di alami Zahra pada usianya masih tergolong muda.
***
Watansoppeng juli-oktober 1995, awal musim hujan pun tiba rumah panggung yang
di bangundi atas tiang dari bahan kayu
beringin dengan dinding dan papan lantainya terbuat dari kayu bayam dan
jati,tampak tidak terlalu istimewa di banding rumah rumah lainya,itulah rumah Fauzan
Attar.suatu hari dimusim itu Zahra dan Aisyah , sahabatnya mendapat undangan
untuk menghadiri sebuah seminar yang diadakan oleh alumni DDI, soppeng.yang
bertempat di gedung pertemuan masyarakat soppeng,dikawasan lapangan
gasis,seninar ini akan membahas tentang ekonomi islam dengan narasumber alumni
timur tengah.Aisyah merupakan
kepercayaan nfisah,setiap kali Zahra pergi ke swtu tempat yang jauh pasti Aisyah akan slalu menemaninya.dari sekian banyak
peserta hanya mereka berdua yang dari
smp sedangkan yang lain kebanyakan dari anak anak smu dan mahasiswa mereka
duduk dalam ruangan sambil menanti acara di mulaisementara nereka asyik dengan
pikiranya masing masing.tiba masuklah seorang pemuda yang gagah lewat pintu
samping,seyumnya amat manis seluruh peserta yang ada di dalam ruangan itu terpana ketika
melihat pemuda itu.akhirnya pemudatersbut mendekati tempat duduk Zahra dan Aisyah
setelah Aisyah berdiri dan mamperkenanalkan pemuda tersebut
kepada Zahra pemuda itu bernama Fauzan Attar dia adalah satu satu nya pemuda
soppeng yang lolos seleksi beasiswa tahun ini untuk berangkat ke Kairo untuk
belajar di Universitas Al Azhar sebagai utusan dari Depag Fauzan Attar lalu
duduk di samping mereka berduadan berbincang bincang sebentarkepada Zahra dan Aisyah.
***
Stelah acara seminar slesai Aisyah
mengajak Zahra untuk pergi ke panorama
mengajak Zahra ketempat itu adalah untuk bertemu Fauzan Attar, karena itu
adalah permintaan dari Attar sendiri.seandainya Aisyah mengatakan bahwa Attar yang mengajak Zahra kesini mungkin Zahra tidak akan
mau, Zahra ingat sekali saat pertama kali ke panorama.ketika itu umur Zahra
baru berumur 6 tahun dan masih samar samar dalam ingatn nya. Kejadian yang di dalam nya dimana dia harus rela mengubur jari manis nya
yang terkena ranting pohon mangga yang tiba tiba jatuh menimpa tanganya Zahra
datang lagi ke panorama untuk yang kedua
kalinya setelah satu setengah tahun yang lalu di tempat itu diia bertemu dengan
seorang laki laki yang bernama faizal yang telah menyakiti hatinya Faisal mengikrarkan janji setia di tempat itu.tapi
yang di dapat hanya luka belakameskipun wktu itu usia Zahra baru 13 tahun tapi
dia sudah mengenal namanya cinta dan perihnya sakit hati.dan kali ini Zahra ke
panorama ntuk ke tiga kalinya dengan pasrah.sahabat yang dia sayangi meminta
untuk menemani nya dan dia tidak mungkin menolak ajakan sahabatnya itu.menurut Zahra
pertemuan nya dengan Attar hari ini adalah kebetulan saja puncak panorama
sebenarnya tidaklah terlalu jauh hanya 300 meter jika di kur dari masjid raya
babussalam tetapi bila di tempuh dengan kaki lembut Zahra akan terasa lama
sekali akhirnya setelah menempuh perjalanan kira kira setengah jam mereka
berdua sampai juga di tempat tujuan setelah tibalah Attar di situ Zahra kaget
mengapa Fauzan Attar ada di sini setelah itu Attar mengajak Zahra dan Aisyah duduk di kursi panjang yang ada di taman kecil suasana di panorama tampak
sepi tapi kalau hari libur ramai orang
berkunjung beberapa saat kekmudian Aisyah minta pamit untuk ke toilet Zahra ingin ikut Aisyah
tapi Aisyah membujuk Zahra untuk tidak usah ikut Aisyah tw kalau dia harus memberikan kesempatan
kepada Attar untuk berbicara berdua dengan Zahra dan itulah tujuan mengapa Aisyah
mengajak Zahra ke panorama setelah
kepergian Aisyah Fauzan Attar dan Zahra
saling berdiam diri akhirnya Attar memulai pembicaraan dengan Zahra Attar
mengtakan bahwa dirinya lah yang meminta Aisyah untuk mengajak Zahra ke tempat ini Attar juga
mengatakan bahwa beberpa tahun yang lalu dia telah membuat jari tangan Zahra
buntung dan cacat tutur Attar dengan panjang lebar setelah selesai Attar
meminta maaf atas kejadian tempo dulu
dan Zahra pun mau memaaf kan Attar beberapa saat lamanya akhirnya Aisyah muncul
dan beberapa saat di tempat itu, mereka bertiga pun pulang ke rumah
masing-masing.***
Sebelum pulang ke rumah Zahra mampir ke sebuah pasar kecil yang tidak
jauh dari rumahnya. Baru saja beberapa langkah melewati gerbang pasar tiba-tiba
turun hujan, akhirnya Zahra berlari untuk mencari tempat berteduh. Tapi karena
terburu-buru Zahra menabrak seorang wanita yang membawa belanjaan banyak.
Dengan rasa bersalah Zahra akhirnya meminta maaf dan membantu wanita itu
berdiri dan mengambila belanjaannya. Tapi wanita itu malah menghina Zahra
dengan kata-kata kotor, mendengar itu betapa sakitnya hati Zahra. Zahra tetap
meminta maaf kepada wanita itu, setelah kejadian itu Zahra pulang dengan
membawa kesialan dan pakain yang basah kuyup. Tidak jauh dari sekolah Zahra ada
sebuah taman, orang-orang sekitar menyebutnya taman kota . Setiap Rabu sehabis pulang sekolah
Zahra selalu menyempatkan diri untu ke taman itu. Dan hari ini Zahra ke taman kota dan di tempat itu
Attar mengutarakan isi hatinya kepada Zahra dan akhirnya Zahra menjawab cinta
Attar yang akan membawa hatinya terbang ke tanah Mesir nan jauh. Hari berganti
hari begitu cepatnya. Hubungan Attar dan Zahra sudah berjalan hampir tiga bulan
lebih dan semakin akrab. Hari ini merupakan hari Minggu terakhir sebelum
keberangkatan Attar ke Mesir. Dan hari ini Aisyah mengajak Zahra untuk jalan-jalan ke pemandian
alam ompo bersama Attar dan Malik kakak Aisyah. Sesampai di sana Zahra menanyakan kapan Attar berangkat
ke Mesir, Attar mengatakan bahwa dia akan berangkat ke Mesir pertengahan
Oktober nanti. Attar akan tinggal di Kairo selama empat tahun demi mendapatkan
gelar LC. Zahra akan bangga bila punya pacar yang bergelar LC. Setelah pusa
bermain di pemandian itu mereka semua pulang. Tetapi Attar tidak langsung
pulang tetapi dia mengantarkan Zahra pulang ke rumahnya dan sekalian berkenalan
dengan kedua orang tua Zahra setelah tiba di rumah Attar berbincang-bincang
dengan Mallawang dan Nafisah. Singkat cerita akhirnya Attar mendapat restu dari
orang tua Zahra. Setelah kejadian itu berbungalah hati Zahra. ***
Akhirnya pagi yang tidak diharapkan Zahra dan Attar tiba juga, tepatnya
tanggal 20 Oktober 1995. Attar meninggalkan tanah soppeng menuju Ujung Pandang dan ke esokan harinya berangkat ke Jakarta untuk mengikuti
pelatihan Bahasa Arab dan langsung terbang ke Kairo. Melalui Depag, maka dari
itu ia berangkat lebih awal.
Desember 1995, dua bulan sudah Attar di Mesir kabar terakhir yang Zahra
dapat adalah sewaktu Attar hendak memasuki Airport Cengkareng sebelum berangkat
ke Kairo. Dan dua bulan lebih Zahra berada di bawah bibir kerinduan. Dan di
Jakarta sebelum Attar ke Kairo ia terlebih dahulu mengikuti pelatihan Bahasa
Arab, sesampai di sana
Malik mengatakan bahwa nama Attar telah di coret oleh Depag dari peserta
rombongan. Betapa sedihnya hati Attar mendengar itu, dia tidak tahu harus
berbuat apa, ia tidak mungkin kembali ke tanah Soppeng dengan tangan hampa,
penduduk soppeng telah menaruh harapan di pundak Attar agar Attar bisa lulus di
Universitas Al Azhar Kairo dan mendapat gelar LC, keesokan harinya Malik punya
cara agar mereka bisa pergi Ke Kairo menggunakan Visatour, mereka harus
berbohong dengan kedutaan, sebenarnya mereka bertujuan untuk belajar bukan
untuk jalan-jalan. Hari yang dinanti pun tiba tepatnya di hari Pahlawan
Nasional. Attar dan Malik tinggal di KKS (Kairo) yang diurusi oleh Sulaiman.
Tetapi selama di sana
ternyata Sulaiman telah menyalahgunakan kepercayaan Attar dan Malik. ***
Tahun 1994, 4 tahun sudah Attar di
Kairo dan sekarang Zahra pujaan hatinya telah menjadi gadis yang cantik dan
tambah dewasa, kini Zahra kuliah di salah satu Universitas di Makasar. Suatu
hari ketika Zahra duduk-duduk di sebuah taman tiba-tiba Aisyah datang dan
mengagetkan Zahra yang sedang termenung. Aisyah memang berbeda fakultas dengan
Zahra, Aisyah mengatakan bahwa tadi ibunya Zahra telpon ke nomor Aisyah, maklum
waktu itu Zahra belum mempunyai hp jadi kalau keluarga yang ada di Sopeng ingin
tahu keadaan Zahra harus hubungi Aisyah. Beberapa saat kemudian ibu Zahra
telpon, Nafisah mengabarkan agar Zahra besok pagi pulang ke Soppeng. Mendengar
kabar itu Zahra cemas apakah di rumah ada yang sakit? Pikir Zahra saat itu
tanpa pikir panjang Zahra pulang malam itu juga di dampingi Aisyah. Sesampai di
Soppeng Zahra dan Aisyah tidak berdaya
karena perjalanan semalam, keesokan harinya Zahra menceritakan penyebab
utamanya yang membuat mereka tidak berdaya kepada Malawang dan Nafisah. ***
Kota Watansoppeng sedang cerah, awan tampak putih bersih menghiasi
angkasa. Di siang hari ada sebuah mobil angkot berhenti di perempatan jalan
menuju rumah Zahra, sesampai di depan
rumah Zahra lelaki yang turun dari
angkot tadi mengucap salam tapi yang
keluar dari dalam rumah bukan Zahra tetapi Nafisah, ibunya. Lalu ibu Zahra
menyuruh pemuda itu masuk dan mempersilahkan duduk. Nafisah masuk ke dalam, dia
menyuruh Zahra untuk mengantarkan teh untuk pemuda itu. Ternyata pemuda yang
ada di ruang tamu itu adalah Fauzan Attar kekasih hati Zahra. Zahra terkejut
sekali hampir-hampir nampan yang di bawanya terjatuh, tapi Attar langsung
menangkapnya. Setelah mereka duduk Zahra dan Attar bercerita, dan semakin jauh
dan akrab. Setelah seharian di rumah Zahra, Attar meminta untuk undur diri
pulang ke rumah. Malam harinya Zahra mendapat telepon dari Attar bahwa besok
Attar akan mengajak Zahra untuk datang ke rumahnya menemui keluarganya.
Keesokan harinya kira-kira pukul 4 sore, Zahra
pergi ke rumah Attar di temani Aisyah. Sesampai di rumah Attar, Zahra
dan Aisyah masuk ke rumah Attar kemudian mereka duduk di depan ke dua orang tua
Attar. Mereka mengobrol dan bercerita dengan hangat. Ibu Attar mengatakan bahwa
sejak kecil bahwa sejak kecil Attar tantenya dan semua kebutuhan hidup Attar di
tangguny tantenya itu. Ibu Attar juga bilang bahwa keberangkatan ke Kairo itu
di biayai tantenya, mendengar itu Zahra kaget bukankah selama ini seluruh
keberangkatan Attar di tanggung Depag, akhirnya Attar menceritakan semua
kejadian yang dialaminya selama di Jakarta dan di Kairo bersama Malik.
Mendengar itu Zahra tidak bisa membendung air matanya. Mereka terus bercerita
dan sepertinya ibu Attar tidak keberatan kalau Zahra jadi menantunya meski dia
tahu kalau tangan Zahra cacat. ***
Namun kebahagiaan itu tidak berlangsung lama karena tantenya Attar datang
ke rumah, Attar memang sengaja memanggil untuk memperlihatkan dan
memperkenalkan Zahra kepada tantenya. Bagaimanapun Attar tidak mungkin menikahi
Zahra tanpa sepengetahuan tantenya. Setelah memperhatikan Zahra dari atas
sampai bawah, dengan sinis tante Attar yang bernama Ratna mengata-ngatai Zahra
dengan kotor dan pedas mendengar itu Zahra bagai di sambar petir dan ternyata
tante Attar adalah wanita yang ditabrak Zahra 4 tahun silam setelah pulang dari
panorama, Attar yang ada di tempat tidak bisa berbuat apa-apa. Attar tidak bisa
membantu Zahra. Karena sudah tidak tahan akhirnya Zahra langsung berlari ke
luar rumah Attar dengan hati hancur lebur. Aisyah segera bangkit dan mengejar
Zahra dia takut terjadi apa-apa dengan sahabatnya itu. Zahra sudah sakit hati
dan dia terus berleari seperti dikejar
setan. Tiba-tiba di tengah jalan angin bertiup kencang, Zahra terus berlari
tanpa memperdulikan Aisyah yang mengejarnya dari belakang. Tiba-tiba petir
menyambar dengan kerasnya, Zahra kaget dan langsung terjatuh. Aisyah segera
lari dan memeluk Zahra. Empat tahun sudah Zahra menyimpan harapan yang begitu
besar kepada Attar tetapi sekarang hancur hanya dalam beberapa menit saja.
Dengan menumpang angkot Aisyah membawa pulang Zahra ke rumah, selama perjalanan
Aisyah terus menghibur Zahra. Sesamapi di rumah betapa terkejutnya orang tua
Zahra melihat anak mereka satu-satunya seperti itu. Setelah membawa Zahra ke
kamar Aisyah menceritakan semua kejadian yang terjadi ketika di rumah Attar.
Nafisah tidak menyangka bahwa keluarga Attar yang agamis itu tega melakukan
perbuatan seperti itu. Tiga hari tiga malam Zahra tidak meninggalkan kamarnya.
Pandangan matanya kosong dan tubuhnya kurus karena tidak mau makan. ***
Sudah setengah bulan Zahra tidak mengikuti perkuliahan, namun selama itu
juga penderitaan hatinya tidak kunjung dapat di sembuhkan. Aisyah yang sempat
pulang ke Makasar untuk menyelesaikan tugas-tugasnya hari itu datang lagi.
Sesampai di rumah Zahra, Aisyah langsung ke rumah Zahra untuk mengetahui
keadaan Zahra waktu itu. Zahra meminta Aisyah untuk mengantarkan jalan-jalan
keluar. Setelah lelah mereka kembali pulang. Sebenarnya kedatangan Aisyah
kerumah Zahra adalah mengantarkan amanat dari Attar. Tapi surat itu diserahkan keesokkan harinya.
Setelah mendapat surat
itu kemudian Zahra membacanya setelah beberapa saat membaca, Zahra tiba-tiba
menjatuhkan diri ke lantai dengan air mata mengalir di pelupuk matanya. Setelah
kejadian itu Zahra tidak pulih lagi. Berhari-hari berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan
keadaan Zahra seperti mayat hidup, semakin hari jiwanya semakin rapuh demikian
juga tubuhnya, sedikit saja dia terkena angin langsung terserang penyakit.
Keadaan itu berlangsung cukup lama. Bangku kuliah sudah ia tinggalkan dan
cita-citanya pun telah sirna. Suatu malam Zahra mendengar pembicaraan antara
ayah dan ibunya. Ternyata ibunya punya rencana untuk berhaji tahun ini,
mendengar itu Zahra meneteskan air mata. Betapa ia ingin ke tanah suci.
Keesokan harinya Zahra meminta izin agar bisa ikut berhaji, awalnya Nafisah
menolak karena sudah tidak punya biaya lagi, tapi Zahra berkata bahwa dia ada
uang 20 juta dari royalti tulisannya. Nafisah kaget bercampur gembira. Dua hari
kemudian mereka pergi ke Bank untuk menyetor ongkos naik haji, sejak saat itu
Zahra semakin aktif dalam beribadah pada Allah SWT. ***
Hari yang dinantikan tiba, begitu mendarat di bandara King Abdul Jeddah
mereka bergabung dengan rombongan kloter 2 30 UPG, langsung dibawa ke Madinatul
Hujjaj. Dari Madinatul Hujjaj mereka melakukan ritual pertama pelaksanaan haji
yaitu mandi dan sholat ihram. Selanjutnya mereka berangkat ke Mekkah setelah 4
jam di sana .
Pondokan mereka sudah di tentukan di daerah Misfalah Maktab 75. kemudian mereka memutari Masjidil
Haram ke arah kanan dan mencari pintu utama masjid yang ingin mereka masuki.
Rombongan mereka ada 10 orang, masing-masing orang mempunyai tanda khusus yaitu
peniti yang dilekatkan pada mukena bagian
atas. Jika mereka terpisah akan lebih mudah untuk ditemukan. Zahra
tiba-tiba tersungkur bersujud ketika pertama kali melihat Baitullah. Zahra
kemudian tawaf, ketika melewati rukun Yamani dia singgah sejenak dan diusapnya
sudut mulia itu sambil berdoa dan begitu sampai di hajar aswad lalu dia
melambaikan tangan seraya mencium dari jauh setelah 7 kali putaran, ia
melaksanakan sholat sunnah tawaf dan minum air zam-zam. Ketika di Mekkah Malik
datang untuk menemui Zahra dan memberikan wasiat dari Attar. Malik juga
mengatakan bahwa sekarang Attar pergi jauh untuk berjihad di jalan Allah.
Setelah menerima dan membaca wasiat Attar. Tiba-tiba Zahra menangis. Tiga hari
menjelang wukuf, semua calon jemaah haji sudah berkumpul di padang arofah. Sehari sebelum ke arofah Zahra
di serang demam tinggi namun keadaan itu tidak membuatnya patah arang. Ketika
berangkat ke Mudhalifah dan mina penyakit Zahra belum turun, akhirnya Aisyah
menggantikan Zahra dan ibunya untuk melontar jumroh. Esok harinya subuh pada
hari tanggal 13 Dzulhijah, penyakit Zahra semakin parah, bahkan ia tidak
sanggup lagi mengankat kepalanya. Dalam keadaan seperti itu Zahra masih bisa
mengingat keluar di Soppeng. Dan akhirnya Zahra menghembuskan nafas terakhirnya
dengan wajah berseri dengan bibir manis hendak tersenyum di atas pangkuan
ibunya. Pada hari terakhir yaumun Nahr 13 Dzulhijah tahun 2000 M. ruh Zahra
terbang menuju Allah SWT dengan meniti di titian Nabi pada usia mendekati 20
tahun.
Sekian
Samarinda, 27 April 2008
H. Mahmud Masykur AR. Said, LC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar